Laman

Sebuah Kisah Di Dasar Laut


Ada seekor anak kerang sedang menangis dengan keras sekali... seakan - akan dia sudah tak sanggup menahan rasa sakit dan penderitaan itu.

Sang Ibu pun bertanya: "Ada apa anak ku?... Kenapa engkau menangis begitu keras.....?"

Si Anak pun menjawab, "Sakit sekali ibu..... ada butiran-butiran pasir masuk ke dalam cangkangku....."

Ibunya pun berkata, "Sabarlah Anakku... inilah hidup... kelak engkau akan mengerti arti dari semua ini....."

Beberapa bulan kemudian anak kerang tersebut terlihat menari - nari kegirangan. Rupanya rasa sakit yang selama ini dia rasakan telah berubah menjadi sebuah mutiara yang sangat indah.....

Sahabat, seringkali dalam hidup kita merasa sakit dan hampir putus asa dikarenakan cobaan-cobaan yang kita hadapi. Padahal jikalau kita mau bersabar dan berusaha, maka kita akan bisa mencapai kebahagiaan yang kita impikan.... teruslah berusaha... kejar cita-citamu. Karena sesungguhnya kegagalan itu tidak akan pernah ada selama kita mau berusaha dan terus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Salam sukses untuk Anda semua.
Oleh Bapak Uun Mohan Harianto Eu

Bemula Dari Niat


Seorang pengembara datang ke sebuah kampung yang sedang membangun sebuah gedung. Di sana ada dua orang yang sedang mengangkut batu. Jaraknya cukup jauh dan matahari memang sedang terik-teriknya. Anehnya, kedua orang pengangkut batu itu memiliki ekspresi wajah yang berbeda. Yang satu cemberut dan terlihat terus-menerus mengeluh. Yang satu lagi, terlihat bahagia.

Si Pengembara ini bertanya kepada si Pencemberut. “Apa yang sedang kamu kerjakan, Sahabatku ?” orang ini mendelik sebentar dan menjawab sambil lalu, “Banyak tanya, sudah tahu sedang mengangkut batu. Lihatlah betapa banyak batu yang harus aku pindahkan ke bangunan itu!”

Pada orang kedua, si Pengembara mendapatkan jawaban yang berbeda, “Batu-batu ini akan menjadi masjid yang megah. Di sana kami bisa berkumpul bersama, sesuatu yang sangat kami inginkan. Kelak, batu-batu ini akan menjelma menjadi kebahagiaan kami semua, dan Alloh akan disebut dangan mesra berkat batu-batu ini.”


*Itulah gambaran niat. Keduanya memaknai pekerjaan, apa pekerjaannya, apa tujuan, dan bagaimana diri terlibat dangan pekerjaannya secara berbeda-beda.
Niat menentukan bagaimana kita bisa terus berbahagia melalui sejumlah kesusahan atau justru terus-menerus mengeluh padahal sebentar lagi mendapat kebahagiaan.
Niat orang yang kedua itulah yang harus selalu di hadirkan dalam diri kita. Yang kita butuhkan adalah niat yang kedua. Niat jenis itu dapat menarik unsur-unsur, kejadian-kejadian, situasi-situasi, keadaan-keadaan, hubungan-hubungan yang diperlukan untuk memenuhi hasil yang di niatkan.
Denagn kata lain niat dapat berarti kegiatan melenturkan diri menuju suatu target.

Dikirim oleh : Icuk Fivatin

Motivasi Juga Penentu Nasib


Di zaman dahulu ada seorang Jendral dari negeri Tiongkok kuno yang mendapat
tugas untuk memimpin pasukan melawan musuh yang jumlahnya sepuluh kali lipat lebih banyak. Mendengar kondisi musuh yang tak seimbang, seluruh prajuritnya gentar kalau-kalau akan menderita kekalahan.

Dalam perjalanan menuju medan perang, Jendral itu berhenti di sebuah altar
vihara. Ia sembahyang dan berdoa meminta petunjuk para dewa. Sedangkan
prajuritnya menanti di luar vihara dengan harap-harap cemas. Tak lama
kemudian, sang Jendral keluar dari vihara.

Ia berteriak pada seluruh pasukannya, “Kita telah mendapat petunjuk dari
langit.”

Lalu ia mengeluarkan koin emas simbol kerajaan dari sakunya.

Sambil mengacungkan koin itu ke udara ia berkata, “Sekarang, kita lihat apa kata
nasib. Mari kita adakan toss. Bila kepala yang muncul, maka kita akan
menang. Tapi bila ekor yang muncul, kita akan kalah. Hidup kita tergantung
pada nasib.”

Jendral lalu melempar koin emas itu ke udara. Koin emas pun berputar-putar
di udara. Lalu jatuh berguling-guling di tanah. Seluruh pasukan mengamati
apa yang muncul. Setelah agak lama menggelinding ke sana-kemari, koin itu
terhenti. Dan yang muncul adalah KEPALA.

Kontan seluruh pasukan berteriak kesenangan. “Hore..! Kita akan menang. Nasib berpihak pada kita, Ayo serbu dan hancurkan musuh. Kemenangan telah pasti.”

Dengan penuh semangat Jendral dan pasukan itu bergerak menuju medan perang. Pertempuran berlangsung dengan sengit. Ternyata dengan keyakinan dan tekad yang membaja akhirnya musuh yang tak terhingga banyaknya dapat dikalahkan. Jendral dan seluruh pasukannya betul-betul senang.

Seorang prajurit berkata, “Sudah kehendak langit, maka tak ada yang bisa mengubah nasib.”

Sesampai di ibu kota mereka disambut meriah oleh seluruh penduduk. Raja pun
terkagum-kagum mendengar kisah peperangan yang dashyat itu. Beliau bertanya pada sang Jendral bagaimana ia mampu mengobarkan semangat pasukannya hingga begitu gagah berani.

Sang Jendral kemudian menyerahkan koin emasnya pada Raja sambil berkata, “Paduka, inilah yang memberikan mereka nasib baik.”

Raja menerima dan mengamati koin emas itu yang ternyata kedua sisinya
bergambar: KEPALA..!

Renungan:

Tuhan adalah adil, dan tidak ada orang yang dikecualikan. Yang bisa menolong dirimu adalah dirimu sendiri.

(adapted from The Book of ZEN - Freedom of The Mind” – Tsai Chih Chung)

Sumber: Resensi.net

Paku dan Kemarahan


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas di hati orang lain seperti lubang ini. Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik …”

~Author Unknown

Sebuah permintaan maaf bisa mengobati banyak hal. Namun, agaknya kita juga harus mengingat, bahwa semua itu tak akan ada artinya, saat kita mengulangi kesalahan itu kembali.
Cerita ini, adalah sebuah tamsil, sebuah amsal, sebuah ibarat dan sebuah wira-kisah. Tentang, berbuat kesalahan memang wajar, namun, ia juga mengajarkan, menghindarinya adalah hal lain yang bisa kita lakukan.

Sumber : resensi.net

Cerita Tentang Katak Kecil


Pada suatu hari ada segerombol katak-katak kecil yang menggelar lomba lari. Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi. Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberi semangat kepada para peserta…

Perlombaan dimulai…

Tak satu pun penonton benar-benar percaya bahwa katak - katak kecil akan bisa mencapai puncak menara.

Penonton bersorak

“Oh, jalannya terlalu sulitttt!! Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak.”

“Tidak ada kesempatan untuk berhasil… Menaranya terlalu tinggi…!!
Katak-katak kecil mulai berjatuhan. Satu persatu… … Kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara perlahan- lahan semakin tinggi…dan semakin tinggi..

Penonton terus bersorak

“Terlalu sulit!!! Tak seorang pun akan berhasil!”

Lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah… …Tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi dan tinggi… Dia tak akan menyerah!
Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara. Kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras menjadi satu-satunya yang berhasil mencapai puncak! SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya?
Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan?

Ternyata…
Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!!

Kata bijak dari cerita ini adalah:
Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis… karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan menjauhkannya darimu.

Selalu pikirkan kata-kata bertuah yang ada. Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa mempengaruhi perilakumu!

Tetaplah selalu…. POSITIVE!

Berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa KAMU tidak bisa menggapai cita-citamu!

Selalu berpikirlah: I can do this!

Berikan motivasi kepada teman-temanmu! Karena teman yang baik adalah teman yang bisa saling memberi motivasi satu sama lain.

Sumber: SiuTao Community

Kisah Empat Pemuda dan Nenek Peramal


Alkisah ada seorang nenek yang tinggal di daerah pegunungan yang konon mampu membaca masa depan setiap orang yang diramalnya. Ia sangat terkenal sampai di beberapa penjuru daerah. Mendengar ketenarannya itu, empat kawanan pemuda datang menemuinya karena penasaran dengan masa depan yang akan mereka dapatkan.

Setelah bersusah-payah akhirnya empat pemuda itu berhasil bertemu dengan nenek peramal. Walaupun sang Nenek melarang pemuda mengetahui masa depannya itu, empat pemuda tetap bersikeras mengetahui ramalan mereka di masa yang akan datang. Akhirnya, sang Nenek mengijinkannya, diramalah masing-masing Pemuda. Inilah hasil ramalan yang dapat dibaca sang Nenek:

Pemuda pertama
“Kamu akan menjadi orang gagal. Jalan kehidupanmu sangat gelap, kamu tidak memperoleh keberhasilan yang kamu impikan.”

Pemuda kedua
“Kamu akan menjadi orang berhasil. Semua yang kamu impikan akan terwujud. Terlihat jelas apa yang ada dalam pikiranmu begitu sangat terang.”

Pemuda ketiga
“Kamu akan menjadi orang gagal. Kamu tidak akan pernah sampai pada tujuan yang kamu inginkan. Banyak sekali halangan yang tidak dapat kamu hadapi.”

Pemuda keempat
“Kamu akan menjadi orang berhasil. Apa yang sedang kamu tekuni saat ini akan membuahkan hasil yang tidak hanya berguna bagi diri sendiri, tapi juga berguna bagi orang banyak.”

Setelah mengetahui masa depan mereka, pulanglah keempat pemuda itu dengan masing-masing perasaan yang terpendam. Mereka pun menyikapi ramalan tersebut dengan berbeda-beda. Tiga tahun pun berlalu, inilah masa depan yang terjadi dari keempat kawanan pemuda tersebut:

Pemuda pertama
Benar-benar menjadi orang gagal. Ia kehilangan semangat melanjutkan kerja dan usaha keras yang sejak dulu ia lakukan. Ramalan sang Nenek sesuai dengan kenyataan.

Pemuda kedua
Ia juga menjadi orang gagal, walau ramalan sang Nenek mengatakan ia mempunyai masa depan yang berhasil. Pemuda kedua terlalu yakin dengan ramalan itu, sehingga membuatnya tidak mau bekerja keras dan tidak bersemangat dalam berjuang meraih impiannya.

Pemuda ketiga
Ia malah menjadi orang berhasil, walau ramalan sang Nenek mengatakan ia mempunyai masa depan yang gagal. Namun, pemuda ketiga ini tidak kehilangan semangat untuk berjuang meraih impiannya. Ia malah semakin bersemangat dan bertekad keras melawan ramalan yang mengatakan kalau dia akan gagal.

Pemuda keempat
Ia benar-benar menjadi orang berhasil. Ia semakin mantab dengan usaha dan perjuangan kerasnya selama ini. Ia berani mengambil resiko bahwa kegagalan itu mustahil baginya.

Demikianlah gambaran sesungguhnya yang terjadi dalam hidup kita. Nasib sebenarnya ada ditangan kita, Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang sebelum orang itu mau merubah nasibnya sendiri. Manusia lebih sering pasrah berdiam tanpa melakukan apa-apa setelah mengetahui bayangan nasib mereka, bukan berfokus pada perjuangan yang mereka lakukan.

Teruslah berusaha dan berjuang dengan penuh semangat untuk mewujudkan impian. Bisa jadi hari esok adalah seperti hari ini. Hari esok semakin baik jika hari ini berusaha semakin baik. Waktu adalah yang mampu membuktikan semua itu.


Sumber: Buku DAHSYATKAN!!! HIDUP DENGAN MOTIVASI Versi 2, bagian III tentang semangat juang.

Imajinasi Akan Masa Depan 2


… . Ia belajar di kampus Saint Mary dan berhasil meraih nilai tertinggi. Ketika mendekati masa-masa wisuda, Mary Crowe mulai memikirkan karier. Kebetulan, saat itu ia tahu sebuah kasus yang menimpa tetangganya yang miskin yang menyebabkan ia mengerti betapa penting asuransi.

Saat itu hampir tidak ada perempuan yang bekerja sebagai petugas penjual asuransi. Hal itu masih menjadi sesuatu yang langka. Dunia asuransi adalah dunia kaum laki-laki. Tetapi, Mary Crowe ‘melihat’ dirinya sebagai seorang penjual yang sukses. Ia memvisualisasikan para pembeli yang hidupnya akan dilindungi dan terbantu oleh asuransi yang mereka beli. Ia mematri semua itu dalam benaknya dengan sejumlah kejelasan dan kepastian. Kemudian ia pergi mencari pekerjaan di sebuah agensi asuransi terbesar di kota itu.

Pegawai yang bertugas di bagian perekrutan menolaknya. Tidak ada toleransi. Wanita mau menjadi pegawai di agensi itu ? “Pulanglah,” katanya kepada Mary Crowe, “kamu hanya akan membuang-buang waktumu dan waktuku.”

Mary Crowe pulang, tetapi hari berikutnya ia datang lagi. Sekali lagi ia ditolak. Besoknya ia datang lagi dan ia pun tetap ditolak. Berhari-hari hal ini terjadi. Mary Crowe selalu berdoa penuh kesabaran serta kekuatan untuk mengikuti mimpinya. Ia menutup matanya dari keraguan. Ia tidak memberi celah sedikit pun bagi keraguan untuk masuk ke dalam dirinya.

Akhirnya, pegawai petugas rekrutmen itu terkesan dengan kegigihannya. “Baiklah,” katanya. “Kami akan menerima Anda. Tetapi, tanpa digaji. Hanya uang komisi. Jadi, Anda bisa teruskan dan Anda akan mendapatkan banyak kesulitan.”

Mary Crowe menerimanya dan mulai melakukan penjualan dari pintu ke pintu. Orang-orang memperhatikannya karena ia mampu membuat mereka merasa bahwa ia bersungguh-sungguh untuk membantu mereka (seperti yang ia tunjukkan). Dan ternyata ia tidak banyak mendapat kesulitan. Jauh dari itu, ia justru menjadi ‘salesperson’ terbaik di perusahaan itu. Ia menjadi anggota ‘Million Dollar Round Table’, sebuah kelompok khusus yang terdiri atas para agen asuransi yang mampu menjual asuransi bernilai lebih dari satu juta dollar dalam tempo 1 tahun.

Ia menjadi sebuah legenda dalam bisnis asuransi. Dengan kata lain, ia telah menjadi seperti apa yang ia imajinasikan. Ini sebuah kesuksesan yang luar biasa.

*Kisah ini menarik, menjelaskan adanya kekuatan dahsyat dan misterius di dalam diri kita yang mampu menimbulkan kemajuan yang dramatis di dalam kehidupan kita. Hal ini adalah semacam rekayasa mental yang bisa menghasilkan kerja terbaik ketika ditopang oleh sebuah keyakinan keagamaan yang kuat. Di dalam proses barimajinasi, seseorang tidak hanya berpikir tentang sebuah harapan akan tujuan, tetapi ia juga ‘melihat / memvisualisasikannya’ dengan intensitas yang sangat tinggi dan memperkuatnya dengan doa.

Sumber : Norman Vincent Peale, Positive Imaging, Diglossia, 2006

Imajinasi Akan Masa Depan 1


Kali ini kita akan menyimak kisah “Mary Crowe”. Seorang gadis kecil yang tinggal di daerah miskin di kota Ohio. Ia adalah salah seorang anak perempuan dari delapan anak seorang tukang tambang. Saat ia sedang mencuci pakaian kerja ayahnya, termenung menatap jendela rumahnya yang sangat kotor (simbol kemiskinan yang menyelimutinya dan keluarganya), suatu gambaran datang menghampirinya. Sebelumnya, ia telah memiliki angan-angan tentang masa depannya. Tetapi, yang ini lebih dari sekedar angan-angan. Berlian yang berkilauan dimatanya adalah bayangan tentang sebuah kampus, gedung-gedung dengan halaman hijau yang tenang, dapagari dengan tumbuh-tumbuhan menjalar yang indah. Menyusul bayangannya tentang hari wisuda, dan ia melihat dirinya sendiri memakai toga dan topi sedang menerima gulungan kertas ijazah. Ia merasakan kegembiraan yang hebat, rasa kepuasan prestasi, dan penuh kebanggaan.

Tetapi mimpi macam apakah ini ? Tak seorang pun dari keluargannya mengenyam pendidikan di kampus. Ia telah berdoa untuk perubahan itu agar mendapat kesempatan belajar. Namun sepertinya, bayangannya yang aneh tadi hanyalah fantasi hampa seorang gadis kecil. Tak lebih dari itu. Karena ia tak memiliki cukup uang untuk hal semacam ini. Sedang untuk kebutuhan sehari-hari pun kesulitan tercukupi. Tetapi bayangan dirinya menerima gulungan kertas ijazah begitu jelas dan nyata.

Suatu hari Mary Crowe menerima panggilan dari pendeta di gerejanya. Dengan penuh teka-teki Mary Crowe pergi ke rumah pendeta, dimana sang bapak yang baik itu membuka laci meja serta mengeluarkan sebuah amplop. “Mary,” katanya, “baru saja seorang jemaat kita memberi sejumlah uang untuk digunakan sebagai dana pendidikan beberapa orang yang membutuhkan dana. Saya telah mempertimbangkanmu, dan saya telah memutuskan bahwa kamu adalah salah satunya. Uang ini bisa memungkinkanmu untuk mengambil pendidikan empat tahun di Saint Mary. Saya yakin, kamu akan mendapatkan nilai yang bagus di sana.” Dan pada kenyataannya, ia belajar dikampus itu dan berhasil meraih nilai tertinggi.

Inilah imajinasi yang menjadi nyata. Mimpi yang sungguh-sungguh menjadi kenyataan. Apakah ini sekedar kebetulan ? Tidak. Karena Mary Crowe mengatakan bahwa ketika pertama kalinya melihat kampus itu di Saint Mary, ia mengenalnya. Itulah kampus yang ia lihat dalam bayangan yang menghampirinya ketika ia sedang mencuci pakaian kerja ayahnya.

Penasarankan dengan apa yang terjadi selanjutnya ?
Kalau begitu, sama seperti saya dan mari kita simak episode berikutnya ya…^_^

Sumber : Norman Vincent Peale, Positive Imaging, Diglossia, 2006

Bosan?


Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.

Tamu : "Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', Pak Tua?"

Pak Tua : "Bosan adalah keadaan di mana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."

Tamu : "Kenapa kita merasa bosan?"

Pak Tua : "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."

Tamu : "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"

Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."

Tamu : "Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"

Pak Tua: "Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"

Tamu : "Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."

Pak Tua : "Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."

Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"

Pak Tua : "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu : "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"

Pak Tua : "Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."

Tamu : "Contohnya? "

Pak Tua : "Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu : "Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata: "Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."

Sumber : Gemintang.com

Belajar dari Kupu-Kupu


Seseorang menemukan kepompong kupu-kupu. Suatu hari dia melihat lubang kecil muncul pada kepompong tersebut. Dia duduk mengamati beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang itu memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.

Kupu-kupu itupun keluar dengan mudahnya, namun tubuhnya kembung dan kecil dengan sayap-sayap yang mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa pada suatu saat sayap-sayap tersebut akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuh kupu-kupu tersebut, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Tetapi semuanya tak pernah terjadi.Kenyataanya kupu-kupu itu malah menghabiskan seluruh waktunya untuk merangkak dengan tubuh kembung dan sayap-sayap yang mengkerut.Dia tidak pernah bisa terbang.

Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk melewati lubang kecil itu ternyata adalah jalan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian rupa, sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.


Kadang-kadang perjuangan adalah sesuatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan mungkin itu justru akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita dan harapan yang kita inginkan. Kita mungkin tidak akan pernah “terbang”.

Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kita memohon kekuatan, tetapi Tuhan memberikan kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar. Kita memohon kebijakan,tetapi Tuhan memberikan berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana. Kita memohon kemakmuran, tetapi Tuhan memberi kita otak dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya untuk mencapai kemakmuran. Kita memohon keteguhan hati, tetapi Tuhan memberi bencana dan bahaya untuk diatasi. Kita memohon cinta, tetapi Tuhan memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai. Kita memohon kemurahan dan kebaikan, tetapi Tuhan memberi kesempatan-kesempatan yang silih berganti.

Begitulah cara Tuhan membimbing kita. Kadang Ia tidak memberikan yang kita minta, tapi yang pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Kebanyakan kita tidak mengerti atau mengenal, bahkan tidak mau menerima rencanaNya. Padahal justru itulah yang terbaik untuk kita. Tetaplah berjuang dan berusaha. Jika itu yang terbaik, maka pasti Tuhan akan memberikannya untuk kita.

sumber : daunlontar.com

SEBUAH KOIN PENYOK


Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.

“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itu pun mengikuti anjuran si Teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si Kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata
pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.
Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?

adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns.

Allah Maha Tahu yang Terbaik Bagi Kita


Ada seorang raja yang selalu hidup sejahtera tanpa merasa kekurangan, tiada rasa sakit, resah bahkan gelisah.dan ia selalu didampingi penasehatnya yang bijak bestari yang selalu mengatakan, "takdir Allah pasti yang terbaik untuk kita".

Pada suatu hari Sang Raja mengupas sebuah apel,.suatu pekerjaan yang belum pernah dikerjakan sebelumnya, yang akhirnya teririslah jari tangannya. Karena tak pernah merasakan kesakitan maka jari yang terluka itu amat menyiksanya. Kemudian dipanggilah sang Penasehat

Sang Raja menanyakan perihal kejadian tersebut, "Wahai penasehat, dengan luka ini apakah memang benar takdir Allah yang terbaik untuk kita?"

Menghadapi hal itu penasehat tetap mengatakan, "Takdir Allah pasti yang terbaik untuk kita.”

“Lalu mengapa aku begitu kesakitan? Apa memang ini yang terbaik???!!!” Sang Raja marah, lalu penasehat pun di jebloskan ke penjara.

Setelah seminggu kemudian, sang Raja melakukan perburuan ke hutan bersama beberapa prajuritnya tanpa didampingi penasehatnya. Pada saat beburu sang Raja terpisah dengan rombongan dan tersesat hingga masuk wilayah yang dihuni sekumpulan suku pedalaman. Saat itu suku pedalaman hendak memberikan persembahan untuk Dewa berupa tumbal. Melihat ada seorang rupawan masuk ke wilayah mereka, serta merta sang Raja yang tersesat di tangkapnya untuk dijadikan tumbal, lalu dihadapkan kepada kepala suku.

“Wahai Baginda, kami menemukan seorang yang rupawan yang pantas kita jadikan persembahan bagi Dewa Agung kita." mereka memberitahu hal tersebut kepada kepala suku.

"Bawa kemari dan perlihatkan padaku!" ujar kepala suku.

Setelah dilihat kepala suku mendapati luka pada jari Raja yang akan dijadikan tumbal.

Serentak kepala suku berkata, "Dia tidak pantas untuk dijadikan tumbal karena ada kecacatan pada jari tangannya.”

Dan dibebaskanlah raja itu. dengan terberit-berit sang Raja lari dan mencoba keluar. Setelah sampai diistana ia langsung menghampiri penasehatnya yang sedang mendekam dipenjara, lalu menceritakannya peristiwa yang dialaminya. Sang Raja mengakui akan benar perkataan penasehatnya bahwa takdir Allah pasti yang terbaik untuk kita.

Dikirim Oleh Bapak Moch Ridwan
PNPS MISBHAAHUL HUDA

KUNCI SUKSES


Alkisah pada suatu desa terdapat seorang kakek yang rajin beribadah, ia beranggapan bahwa semua doanya akan dikabulkan oleh Allah.

Suatu ketika tibalah hujan yang sangat lebat sehingga terjadilah banjir, seluruh penduduk pun mengungsi ke tempat yang lebih aman. Tapi anehnya si Kakek tersebut cuma diam seraya berdoa, “Ya Allah selamatkanlah hamba-Mu ini dari marabahaya banjir.” Waktu itu ada seseorang yang mengetahui bahwa si Kakek belum mengungsi kemudian datanglah sebuah perahu yang menawarkan agar si Kakek mau diajak untuk mengungsi bersamanya, tapi dia tetap tidak mau beranjak dari tempat tersebut. Dengan perasaan kecewa sang Pengemudi perahu pergi meninggalkan kakek sendirian.

Hujan semakin lebat volume air bertambah tinggi pula si Kakek masih berusaha naik kepohon kelapa, secara kebetulan Team SAR yang menyusuri wilayah tersebut dengan helikopter dengan maksud yang sama ia membujuknya agar mau di evakuasi. Namun, tawaran tersebut masih ditolak juga. Karena tidak mengindahkan ajakan Team SAR, si Kakek pun tenggelam terbawa arus banjir dan akhirnya meninggal dunia.

Tibalah kakek di akherat protes “Ya Allah mengapa Engkau tidak menolong hamba-Mu ini. Padahal saya ahli ibadah?”

Allah pun menjawab, “Apakah engkau lupa sudah ada seseorang yang datang mau menolong lewat perahu, tapi kamu tolak. Dan pertolongan yang kedua lewat helikopter, tapi masih kamu tolak juga. Dan itulah pertolanganKu yang terakhir.”

Dari kisah di atas dapat kita ambil sebuah pelajaran bahwa:
Allah akan memberi pertolongan hamba-Nya melalui berbagai macam cara.
Kita harus lebih peka menyikapi masalah dan mencari solusinya.


Mau sukses?? Ada beberapa hal yang perlu diingat: DUIT (bukan arti yang sebenarnya lho), tapi Doa, Usaha, Ikhlas dan Tawakal.

Doa
Kita wajib berdoa pada Allah dalam segala hal, alangkah sombongnya kita jika sebagai manusia lemah tidak mau berdo'a pada Allah di dunia ini tiada daya dan kekuatan selain dariNya.

Usaha
Berusaha dengan semaksimal mungkin semua masalah pasti dapat terselesaikan asalkan kita mau berusaha. Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga kaum tersebut merubah nasibnya sendiri. Allah tidak akan menurunkan masalah melainkan sebatas kemampuan manusia.

Ikhlas
Dengan ikhlas kita niatkan segala perbuatan kita untuk mencari RihoNya.

Tawakal
Setelah ketiga hal tersebut kita lakukan yang terakhir tinggal menyerahkan segalanya pada Allah agar diberi jalan yang terbaik.

Semoga dengan artikel tersebut kita dapat menambah sedikit ilmu dan bisa mengamalkannya AMIN......

Oleh Bapak Markun Uun

EXPERT


Dikisahkan di sebuah hutan, Sang Raja hutan mengadakan konferensi para binatang. Mereka ingin seluruh penghuni hutan memiliki keahlian dasar yang harus dimilki. Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya diputuskan. Keahlian dasar yang wajib dimiliki oleh para penghuni hutan adalah berenang, terbang, dan lompat.

Maka untuk meningkatkan keahlian itu, sepakat diadakan pelatihan. Di pekan pertama, ide itu mendapat sambutan yang luar biasa. Namun di pekan kedua dan selanjutnya terjadi perselisihan. "Ini pemaksaan. Ini bertentangan dengan dunia perbinatangan." kata sebagian besar binatang yang mengikuti pelatihan.

Mengapa itu terjadi? Karena gajah, singa, dan binatang besar lainnya dilatih untuk terbang dan tak pernah berhasil. Begitu pula burung, kelinci, kambing, dan binatang darat lainnya diminta untuk berenang dan juga tak pernah berhasil. Mereka semua stress karena harus mengerjakan sesuatu yang bukan keahliannya.


*Ini hanyalah dongeng, namun terdapat pelajaran berharga. Dimana bila kita stress dan gelisah seperti para binatang tersebut, mungkin karena selama ini kita dipaksa melakukan sesuatu yang bukan merupakan keahlian kita. Mari kita miliki jati diri dengan selalu melakukan sesuatu sesuai dengan keahlian kita. Keahlian yang kita kuasai, cintai, dan juga menghasilkan. Karena kita memang ditakdirkan berbeda satu dengan yang lain. [expert = keahlian]


sumber : Jamil Azzaini, Tuhan Inilah Proposal Hidupku, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, hal 43

Pernikahan


Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan" katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. "Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia..."

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.

"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri.

Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman... Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir...

"Maaf, apakah aku harus berhenti ?" tanyanya.

"Oh tidak, lanjutkan…" jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.

"Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata, "Aku tidak mencatat sesuatu pun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku.
Tidak satu pun dari pribadimu yang kudapatkan kurang..."

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya... Ia menunduk dan menangis...

Dalam hidup ini, seringkali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di
sekeliling kita? Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.

Dikirim oleh Bapak Kukuh Galih Subekti