Mainan Anakku
Seperti biasa sepulang dari kantornya Budi selalu marah-marah melihat mainan anaknya berantakan menghalangi mobilnya masuk ke garasi. Ia selalu menyuruh anaknya setiap kali selesai bermain agar membereskan mainannya. Namun, tetap saja mainan berserakan di depan pintu garasi. Terpaksa Budi sendiri yang membereskan mainan anaknya dengan menggerutu dan marah-marah.
Melihat kejadian itu datanglah seorang kakek, tetangga samping rumahnya. Kakek itu menawarkan bantuan kepada Budi.
“Bolehkah saya membantu membereskannya?” Tanya kakek itu pada Budi dengan tersenyum.
“Tapi untuk apa kakek membantu?” Tanya heran Budi sambil melanjutkan, “silakan jika Kakek bersedia.”
Segera si Kakek membantu Budi sambil berkata, “Hal seperti inilah yang selama ini aku nantikan. Dulu waktu anakku kecil aku sering marah-marah melihat anakku memberantakan mainannya. Kini anakku sudah dewasa dan berkeluarga. Ia meninggalkanku untuk hidup bersama suaminya jauh di luar kota. Tinggalah Kakek yang sudah tua ini sendiri di rumah. Aku pun ingin mengulang kembali waktu bersama anakku masih kecil dulu.”
Mendengar perkataan Kakek tadi Budi menjadi termenung seakan mendapatkan sebuah masukan yang sangat berharga untuk merasakan arti penting waktu bersama anak.
Semenjak itu Budi selalu berharap setiap hari bisa melihat mainan anaknya berantakan di depan pintu garasi agar bisa membereskannya sebagai masa-masa yang indah mempunyai anak kecil.
Oleh Wahyu Kushardiyanto
Sumber: Buku “DAHSYATKAN HIDUP DENGAN MOTIVASI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
anak memang harus dibelikan mainan supaya tingkat kecerdasannya meningkat :)
BalasHapuskata indah inspirasi
BalasHapusterimakasih sob