PIKR KPAS mengadakan Pelatihan Materi-materi PIKR yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2009 s/d 24 Desember 2009. pelatihan PE (peer educator) ini dilaksanakan melanjutkan program-program terdahulu untuk menambah pengetahuan anggota baru sekaligus untuk menularkan pengetahuan antar anggota.
PE ini diada dilakukan setiap tahunnya sebagai pelaksana kelas XII yang akan menempuh ujian nasional dan pesertanya kelas X dan XI sebagai penerus organisasi ini.
Selain pelatihan materi juga sebagai ajang uji coba tutor-tutor baru, yang Isya-Allah akan mengadakan kunjungan ke Desa-desa se kecamatan Ibun, yang direnanakan dilaksanakan pada Semester II dan bekerja sama dengan STKS Bandung.
Cermin Diri
Dikisahkan, ada seorang pria yang sedang mengalami masalah bertubi-tubi. Rumah tangganya tidak harmonis. Bersamaan dengan itu, dia pun terkena perampingan karyawan di perusahaannya sehingga dia harus berhenti bekerja.
Pada waktu yang senggang, dia berpikir dan mengevaluasi diri. Apa yang salah dengan hidupku? Mengapa aku gagal terus? Bagaimana caranya untuk merubah kegagalan dengan kesuksesan?
Dimulailah pencarian jawaban atas pertanyaannya dengan pergi ke toko buku dan membeli buku-buku yang dianggapnya mampu memberi jawaban. Setelah beberapa buku habis di baca, dia merasa tidak puas dan tidak pula menemukan jawabannya. Tiba-tiba timbul inspirasi di pikirannya, kenapa aku tidak menanyakan langsung saja ke penulis buku-buku itu? Pasti akan lebih berhasil bila aku bisa mendapatkan petunjuk langsung dari si penulis. Maka ditemuilah si penulis buku.
Setelah menceritakan semua kegagalan yang dialaminya, dia berkata, “Tuan penulis, tolong ajarkan kepada saya, rumus dan cara yang bisa membuat saya sukses”. Si penulis pun menjawab, “Kalau anda membaca buku saya dengan teliti, dan menjalankan dengan nyata , tentu akan ditemukan cara-cara menuju sukses” ”Saya sudah membaca habis, bahkan hafal isi buku anda, tetapi tetap saja belum menemukan rumus sukses. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk bertanya langsung”.
Si penulis berpikir sejenak dan berkata, “Baiklah, saya akan ketemukan kamu dengan seseorang. Biar dia yang memberitahu kamu bagaimana cara sukses dalam hidup ini”. Dengan gembira si pria bertanya, “Dimana orang itu bisa saya temui?” Si penulis mengajak pria itu ke sebuah kamar, “Dia ada di dalam kamar ini”. Maka Pria itu pun mengetuk pintu dan segera masuk ke dalam kamar. Namun dia heran karena tidak ada seorangpun di dalam kamar tsb, yang ada hanya sebuah cermin besar. Lalu si Penulis berkata, “Lihatlah ke cermin itu. Orang yang ada di cermin itu adalah sang penolong yang kamu cari untuk menunjukkan bagaimana caranya meraih sukses.
Sesungguhnya hanya kamu yang bisa menolong dirimu sendiri, tanpa kamu berani memulai dari dirimu sendiri untuk berusaha dan berjuang maka kamu tidak akan meraih sukses!”
Seketika itu juga si pemuda tersadar, “Terima kasih pak penulis. Saya akan berusaha lebih tekun dan mengandalkan diri sendiri untuk mempraktekkan teori yang telah saya dapat dan pelajari!
Hidup adalah rangkaian aktivitas yang kita lakukan setiap hari, kalau perasaan malas, tidak disiplin, bimbang, ragu2 dan lain sebagainya menguasai diri kita , tentu nasib buruklah yang kita dapat.
Sukses bukanlah teori, sebagai manusia yang telah di karuniai segenap kelebihan-kelebihan olah Tuhan, kita harus berani mengembangkan diri dan mengandalkan diri sendiri untuk berpikir, bergerak dan berjuang.
Kalau mental kemandirian telah kita miliki, dan tidak cengeng dalam menghadapi kesulitan hidup, berani belajar dalam setiap tindakan yang kita ambil . maka pasti nasib kita akan berubah dan meraih sukses yang membanggakan!
Sumber : kaskus.us
Bukalah Hatimu
Cucuk Radosha 12 Desember
Dikisahkan, ada seorang anak muda yang merasa dirinya tidak bahagia. Setiap hari, dari jendela kamarnya dia melihat taman dan pemandangan alam yang sangat indah, orang berlalu lalang, anak-anak bermain dengan gembira. Tetapi fenomena itu tidak membuat hatinya bahagia. Justru dia tidak mengerti, mengapa orang-orang di luar sana bisa tertawa-tawa bersama atau setidaknya menunjukkan wajah yang gembira.
Karena melihat keadaan di sekitarnya, hatinya yang hambar, terusik pada pertanyaan, "Apa rahasia bahagia?"
Demi mendapatkan jawaban tersebut, si pemuda memutuskan keluar dari kamarnya dan mulai bertanya kepada siapa saja yang mungkin bisa memberi jawabannya.
"Maaf Pak, saya mau bertanya, dari mana bahagia itu?" tanyanya kepada seorang bapak yang tampak gembira melihat anak-anak yang sedang berlarian.
"Bahagia? Dari mana datangnya? Lihat saja anak-anak itu," jawab si bapak santai. Si pemuda mencermatinya dan tidak mengerti mengapa melihat anak-anak itu adalah kebahagiaan.
Dia pun berjalan terus dan berusaha bertanya ke beberapa orang lainnya tetapi tetap saja tidak menemukan jawabannya, apa dan bagaimana bahagia itu. Hingga tibalah dia di depan rumah seorang petani yang sedang beristirahat sambil meniup seruling dengan nikmatnya.
Si pemuda menunggu sampai lagunya selesai dan mengajukan pertanyaan yang sama. "Ayo, masuklah kemari," si petani mempersilakan si pemuda dengan ramah.
"Bapak sedang membuat seruling baru. Lihatlah! Begini caranya." Tangannya pun sibuk memperagakan memilih bambu, mengusap dan membersihkan bulu-bulu halusnya dengan cermat. "Setelah bersih, kini saatnya meratakan dan kemudian melubanginya."
"Bapak, saya kemari bukan belajar membuat suling dan apa hubungannya semua ini dengan kebahagiaan?" tanya si pemuda dengan kesal.
"Anak muda, jangan marah dulu. Perhatikan dulu apa yang hendak Bapak jelaskan. Bambu sekecil ini bisa mendatangkan nada yang indah, rahasianya ada di lubang-lubang kecil ini. Nah, sama dengan kebahagiaan yang kamu tanyakan. Buatlah lubang dan biarkan dia terbuka di dalam hatimu. Karena tanpa kamu pernah membuka hati, sama halnya kamu tidak pernah memberi kesempatan pada hatimu sendiri dan selamanya kamu tidak akan mengenal, apa itu bahagia. Mudah kan? Apakah kau mengerti?"
"Ya Pak, saya mengerti. Terima kasih."
*Merasa senang dan bahagia adalah keadaan hati. Seringkali kita melihat ataupun mendengar banyak orang yang memiliki harta berlimpah tetapi hidup tidak bahagia. Ada pula orang yang hidupnya biasa-biasa saja, tetapi tampak sekali kebahagiaan melingkupinya.
Membuka hati berarti bisa menerima keadaan apapun kita hari ini, namun TETAP berikhtiar mengejar mimpi yang kita harapkan. Mampu menikmati hidup ini secara positif dan bernilai bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dengan sikap mental hidup seperti itu, PASTI setiap saat kita bisa menikmati kebahagian secara alami.
Sumber : kaskus.us
Terima Kasih Telah Mengajariku
Wahyu Kushardiyanto 11 Desember
Dikisahkan ada pasangan suami istri yang harmonis bernama Budi dan Anita. Awalnya semua baik-baik saja, hingga datang wanita bernama Cika yang merupakan sahabat Anita, yang juga mencintai Budi. Karena Anita mempunyai keterbatasan ruang gerak untuk selalu memberi perhatian pada suaminya, diam-diam Budi dan Cika menjalin affair karena akses keduanya lebih mudah.
Ketika Anita tahu bahwa ia dikhianati suami dan sahabatnya, ia merasa hancur, hatinya sakit, terluka sekali. Kenapa sahabatnya tega berbuat itu? Mungkin akan lebih mudah jika “WIL” suaminya adalah perempuan lain yang tidak ia kenal, yang tidak tahu dengan siapa suaminya itu menjalin hubungan.
Meski sakit, ia mencoba bersabar. Meski banyak orang bilang dia bodoh, tapi ia terlanjur mencintai suaminya. Cinta membuatnya punya kekuatan untuk memaafkan. Ia tetap mendampingi suaminya, tetap melayaninya, tetap menaburkan cintanya...
Pada akhirnya, suaminya kembali ke pelukan Anita karena ia sadar, tidak ada wanita sebaik istrinya.
Bagaimana dengan hubungan persahabatan antara Anita dan Cika?
Anita dengan besar hati berkata kepada sahabatnya, "Terima kasih, sahabatku. Kau telah mengajarkanku rasa sakitnya dikhianati. Terima kasih karena kamu telah membuatku sadar bahwa aku memiliki sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku, yaitu suamiku. Terima kasih karena kamu mengingatkanku untuk selalu menjaga baik-baik apa yang aku punya. Terima kasih karena telah membuatku mengerti rasa sakitnya dikhianati, aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak melakukannya, sehingga orang lain tidak perlu merasakan sakit yang sama. Maaf jika karena kelalaianku, menyebabkanmu melakukan kesalahan itu."
Saudaraku, terkadang kita tenggelam dalam duka yang berkepanjangan. Tapi ingat, dalam setiap kejadian baik menyenangkan atau tidak, pasti terkandung pelajaran. Ada hikmah dari setiap peristiwa. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Saudaraku, mari kita senantiasa belajar dari apapun yang ada di sekitar kita. Kita bisa belajar di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, dari siapa saja
Tahukah...
Orang yang mengajarkan kita sesuatu yang tidak menyenangkan bisa menjadi guru yang terbaik.
Kadang kita tidak sadar, bahwa dari perbuatan yang tidak menyenangkan yang dilakukan orang lain kepada kita, sebenarnya kita sedang belajar;
belajar menata emosi, belajar menyelesaikan masalah, belajar tentang rasa sehingga kita tidak melakukan hal yang serupa pada orang lain.
Oleh Ibu Novi Setyo Rini
______________________________
Ikan dan Air
Wahyu Kushardiyanto 10 Desember
Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Kata Ayah kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai, tahukah kamu dimana air? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”
Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, “Dimanakah air ?”
Jawab ikan sepuh, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati.”
Manusia kadang-kadang mengalami situasi seperti si Ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya…..
Kehidupan dan kebahagiaan ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani, sepanjang kita mau membuka diri dan pikiran kita, karena saat untuk berbahagia adalah saat ini, saat untuk berbahagia dapat kita tentukan.
Sumber : Safruddin in My Inspiration
I will Always Love U Mother....
Ini adalah mengenai nilai kasih ibu dari seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia mengulurkan secarik kertas yang bertuliskan sesuatu. Si Ibu segera membersihkan tangan lalu menerima kertas yang diberikan oleh si Anak dan membacanya.
”Ongkos upah membantu ibu:
1. Membantu pergi ke warung : Rp. 20.000
2. Menjaga adik: Rp. 20.000
3. Membuang sampah: Rp. 5.000
4. Membereskan tempat tidur: Rp. 10.000
5. Menyiram tanaman: Rp. 15.000
6. Menyapu halaman: Rp. 15.000
Total: Rp. 85.000”
Selesai membaca, si Ibu tersenyum memandang si Anak yang raut wajahnya mulai berbinar. Si Ibu lalu mengambil pena dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama.
“1. Ongkos mengandungmu selama 9 bulan: GRATIS
2. Ongkos berjaga malam karena menjagamu: GRATIS
3. Ongkos airmata yang menetes karenamu: GRATIS
4. Ongkos khawatir karena selalu memikirkan keadaanmu: GRATIS
5. Ongkos menyediakan makan, minum, pakaian & keperluanmu: GRATIS
Total keseluruhan Nilai Kasihku GRATIS”
Airmata si Anak berlinang setelah membaca. Si Anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Aku sayang ibu" . Kemudian si Anak mengambil pena dan menulis sesuatu di depan surat yang ditulisnya: “TELAH DIBAYAR”
I Miss U Mom….
Untuk almarhumah Ibu dari Bapak Fourqy Alfurqon Noordien
Oleh Bapak Fourqy Alfurqon Noordien
Kisah Seekor Belalang
Oktavia Elisawati 07 Desember jam 13:29 Balas
Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh ?”.
Belalang itu pun menjawabnya dengan pertanyaan, “Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”. Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah mengalami hal yang sama dengan belalang. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun, perkataan teman atau pendapat tetangga, seolah membuat kita terkurung dalam kotak semu yang membatasi semua kelebihan kita.
Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apapun yang mereka voniskan kepada kita tanpa pernah berpikir benarkah Anda separah itu? Bahkan lebih buruk lagi, kita lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.
Tidakkah Anda pernah mempertanyakan kepada nurani Anda bahwa Anda bisa “melompat lebih tinggi dan lebih jauh” kalau Anda mau menyingkirkan “kotak” itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap diluar batas kemampuan Anda?
Beruntung sebagai manusia kita dibekali Tuhan kemampuan untuk berjuang, tidak hanya menyerah begitu saja pada apa yang kita alami. Karena itu teman, teruslah berusaha mencapai apapun yang Anda ingin capai. Sakit memang, lelah memang, tapi bila Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar.
Kehidupan Anda akan lebih baik kalau hidup dengan cara hidup pilihan Anda. Bukan cara hidup seperti yang mereka pilihkan untuk Anda.
Anjing Penakut
Ada seekor anjing yang berlari karena sangat kehausan hendak minum air ke sebuah sungai. Sesampainya di sungai anjing itu mulai mendekatkan mulutnya ke air. Ketika akan minum dia menatap ke air dan melihat ada anjing lain di situ (yang tak lain adalah bayangannya sendiri), si Anjing pun berlari karena terlalu kaget dan takut, tapi belum sampai 10 meter dia pun sadar dan kembali kemudian menceburkan dirinya ke sungai dan minum sepuasnya.
Teman,,, rasa takut itu sebenarnya sementara dan hanyalah bayangan dari diri kita sendiri. Untuk mengalahkannya kita harus menceburkan diri kita kedalamnya, sehingga rasa takut itu akan hilang dengan sendirinya.
Oleh Bapak Muhammad Majid Hariadi
Masih Banyak Waktu Luang
Wahyu Kushardiyanto 04 Desember
Pada saat jam istirahat kantor, seorang karyawan muda dengan wajah gembira dan penuh semangat, sedang berjalan mendatangi temannya. Ia penasaran dengan temannya yang sedang duduk di bangku sendirian dan hanya memegangi HP di tangannya. Wajah temannya terlihat resah dan banyak masalah yang menjadi beban pikirannya.
“Ada apa, sepertinya banyak masalah yang sedang kamu hadapi?” Tanya karyawan itu pada temannya.
“Gini, aku tu lagi pusing, banyak sekali tugas-tugas yang belum aku selesaikan, bikin laporan, makalah, presentasi, dan kegiatan lainnya sesampai di rumah nanti.” Keluh kesah temannya.
“Ah, sepertinya kamu tidak sesibuk itu.” Jawaban singkat karyawan muda itu.
“Lho kok bisa jawab seperti itu?” heran temannya.
“Buktinya kamu malah duduk-duduk saja di sini. Masih sempat buka facebook juga. Kenapa tidak diselesaikan satu demi satu?” Tanya singkat karyawan muda itu.
“O iya ya. Kenapa aku cuma duduk-duduk di sini?” kata temannya yang segera mengerjakan tugasnya.
Sering orang terjebak dalam berbagai macam pemikiran yang membuat dirinya terasa sibuk, padahal sebenarnya ia tidak melakukan apa-apa. Kesibukan dalam pikiran itulah yang membuat seseorang kehilangan banyak waktu berharga. Waktu luang terasa penuh baginya. Ia merasa berat karena terlalu sering melihat ke arah luar dari dirinya. Untuk mengatasinya; cobalah sejenak lihat apa yang ada dalam diri, sehingga akan tahu bahwa masih banyak waktu untuk melakukan terbaik saat ini. Esok adalah gambaran saja yang hasilnya berasal dari tindakan terbaik saat ini.
Oleh Wahyu Kushardiyanto
Nilai Diri Kita
Pada suatu ketika, di sebuah taman kecil ada seorang kakek. Di dekat kaket tersebut terdapat beberapa anak yang sedang asyik bermain pasir, membentuk lingkaran. Kakek itu lalu menghampiri mereka, dan berkata:
“Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”
Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.
“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?”
Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan. :)
***
Sahabat, cerita diatas sangatlah sederhana. Namun kita dapat belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita itu. Apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu, Kenapa? karena tindakan kakek itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000
Sahabat, seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa di sepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita.
Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau *bakal terjadi*, kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Allah. Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf.
Kita tetap tak ternilai di mata Allah.
Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita, akan dinilai dari akhlak dan perangai kita. Tingkah laku kita. seberapapun kita diinjak oleh ketidak adilan, kita akan tetap diperebutkan, kalau kita tetap konsisten menjaga sikap kita.
Sahabat, akhlak ialah bunga kehidupan kita. Merupakan seberapa bernilainya manusia. Dengan akhlak, rasa sayang dan senang akan selalu mengikuti kita, dan merupakan modal hidup.
Orang yang tidak mempunyai akhlak, meskipun ia berharta, tidak ada nilainya. Meskipun dia cantik, tapi jika sikapnya buruk dan tiada berakhlak, maka kecantikannya tiada berguna baginya. Begitu pula dengan orang yang berpangkat tinggi, tanpa akhlak, dia menjadi orang yang dibenci.
Dikirim oleh Ibu Zahra Attar (Dyah Anggarani)
Sumber : resensi.net
Batu Besar Di Sawah
Dikisahkan terdapat sebuah batu besar yang tertimbun di tengah sawah. Bongkahan batu itu sudah bertahun-tahun menyebabkan banyak kesulitan bagi Pak Tani dalam membajak sawahnya. Sering cangkulnya rusak gara-gara mengenai batu itu. Padi yang berada di sekitar batu itu pun tidak tumbuh dengan baik.
Suatu hari Pak Tani membajak sawahnya. Hari ini cangkulnya rusak lagi. Biasanya Pak Tani hanya kesal saja melihat cangkulnya sering rusak. Namun, kali ini Pak Tani berusaha mencoba memindahkan batu besar itu. Digalilah tanah di bawah batu tersebut.
Betapa terkejutnya Pak Tani setelah beberapa menit menggali, ternyata batu besar itu cuma setebal 10 cm. Sebenarnya batu itu bisa dihancurkan mudah dengan palu biasa. Kemudian Pak Tani menghancurkan batu itu dengan tersenyum senang. Ia sadar bahwa masalah yang selama bertahun-tahun menimpanya itu bisa terselesaikan dengan mudah dan cepat.
Sering masalah yang dihadapi seseorang tampak besar sehingga takut untuk menyelesaikannya. Namun, bila ia mau menyelesaikan masalah itu sekarang, ternyata tidak sesulit apa yang dibayangkan.
Sumber: Buku DAHSYATKAN HIDUP DENGAN MOTIVASI Versi 1 Bagian IV tentang menghadapi masalah. Terbit bulan Januari 2010.
Karya: Wahyu Kushardiyanto
MENGAPA SAYA ?
Cucuk Radosha 29 November
Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; Amerika Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975).
Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yg mengharuskannya menjalani operasi by pass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.
Seorang penggemar menulis surat padanya, "Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?"
Ashe menjawab, "Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis, di antaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis, 500 ribu belajar menjadi pemain tenis profesional, 50 ribu datang ke arena untuk bertanding, 5.000 mencapai turnamen grand slam, 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon, empat orang di semi final, dua orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?' Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?'"
Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan.
Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan.
Namun Ashe, tidak demikian. Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, pun bila beban hidup menekan berat. Ketika menerima sesuatu yang buruk ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik.
*note ini di kutip dari milist Parileg oleh sahabat sekaligus guru saya Supardi Lee, yang sekarang sedang berbahagia a/ kelahiran putra ke-3nya.. Mari kita doakan smoga putra beliau mjd anak sholeh.. Amin ^_^ ..
Bapak dan Ibu sekalian yang sudah pernah membaca, bisa menyimak ulang dan smoga kita semua memiliki pribadi yang ikhlas & pandai bersyukur.. Amin ^_^
Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yg mengharuskannya menjalani operasi by pass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.
Seorang penggemar menulis surat padanya, "Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?"
Ashe menjawab, "Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis, di antaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis, 500 ribu belajar menjadi pemain tenis profesional, 50 ribu datang ke arena untuk bertanding, 5.000 mencapai turnamen grand slam, 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon, empat orang di semi final, dua orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?' Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, 'Mengapa saya?'"
Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan.
Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan.
Namun Ashe, tidak demikian. Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, pun bila beban hidup menekan berat. Ketika menerima sesuatu yang buruk ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik.
*note ini di kutip dari milist Parileg oleh sahabat sekaligus guru saya Supardi Lee, yang sekarang sedang berbahagia a/ kelahiran putra ke-3nya.. Mari kita doakan smoga putra beliau mjd anak sholeh.. Amin ^_^ ..
Bapak dan Ibu sekalian yang sudah pernah membaca, bisa menyimak ulang dan smoga kita semua memiliki pribadi yang ikhlas & pandai bersyukur.. Amin ^_^
Kuatnya Sebongkah Harapan
Dahulu, ada seorang pengusaha yang cukup berhasil di suatu kota. Ketika sang suami jatuh sakit, satu persatu pabrik mereka di jual. Harta mereka terkuras untuk berbagai biaya pengobatan. Hingga mereka harus pindah ke pinggiran kota dan membuka rumah makan sederhana. Sang suami pun telah tiada. Beberapa tahun kemudian, rumah makan itu pun harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil sebelah pasar.
Setelah lama tak terdengar kabarnya, kini setiap malam tampak sang istri di bantu oleh sang anak dan menantunya menggelar tikar berjualan lesehan di alun-alun kota. Cucunya sudah beberapa. Orang—orang pun masih mengenal masa lalunya yang serba berkelimpahan, namun ia tak kehilangan senyumnya yang tegar saat meladeni para pembeli.
Wahai ibu, bagaimana kau demikian kuat? “Harapan Nak! Jangan kehilangan harapan. Bukankah seorang guru dunia pernah berujar, karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya. Karena harapanlah kita menanam pohon meski kita tahu tak kan sempat memetik buahnya yang ranum bertahun-tahun kemudian. Sekali kau kehilangan harapan, kau kehilangan seluruh kekuatanmu untuk menghadapi dunia.”
Dikirim Oleh Ibu Oktavia Elisawati
Sumber: daunlontar.com
Langganan:
Postingan (Atom)